Generasi Z, yang terdiri dari individu yang lahir antara pertengahan 1990-an dan awal
2010-an, tumbuh dan berkembang dalam era digital yang dipenuhi dengan teknologi canggih.
Interaksi sosial mereka tercermin dalam pola-pola baru yang dihadapi dan diciptakan oleh
teknologi digital. Artikel ini akan mengeksplorasi dampak teknologi digital pada pola interaksi
sosial Generasi Z, dengan menyoroti tren utama, tantangan yang dihadapi, dan peluang yang
muncul. Generasi Z memiliki pola interaksi sosial yang unik, di mana teknologi digital
memainkan peran sentral. Mereka cenderung lebih nyaman berkomunikasi melalui platform
media sosial, pesan instan, dan video call daripada secara langsung. Interaksi sosial mereka
seringkali terjadi di dunia maya, dengan preferensi terhadap komunikasi yang cepat, singkat,
dan visual. Tren utama dalam interaksi sosial Generasi Z adalah keterhubungan digital yang
intensif. Mereka terlibat dalam komunikasi online yang terus-menerus melalui pesan teks,
media sosial, dan aplikasi perpesanan. Selain itu, Generasi Z juga cenderung menghabiskan
banyak waktu untuk mengonsumsi konten digital, seperti video, musik, dan game online.
Kolaborasi virtual juga menjadi tren penting, di mana mereka berpartisipasi dalam proyek-
proyek online dan berinteraksi dalam komunitas daring. Meskipun teknologi digital membawa banyak manfaat, Generasi Z juga dihadapkan pada beberapa tantangan dalam interaksi sosial mereka. Salah satunya adalah ketergantungan digital yang berlebihan, yang dapat menyebabkan dampak negatif pada kesehatan mental dan kesejahteraan sosial. Selain itu, risiko
keamanan dan privasi online juga merupakan tantangan yang signifikan bagi Generasi Z, yang rentan terhadap penipuan, pelecehan, dan pencurian identitas.
Meskipun menghadapi tantangan, Generasi Z juga memiliki peluang untuk
memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan interaksi sosial mereka. Mereka dapat
dengan mudah terhubung dengan orang-orang dari seluruh dunia, memperluas jaringan sosial
mereka, dan mengakses informasi serta kesempatan pendidikan yang tak terbatas. Selain itu,
mereka memiliki platform untuk menyuarakan pendapat mereka, memperjuangkan perubahan
sosial, dan membangun komunitas yang berbasis pada minat dan nilai bersama. Tren utama
yang mempengaruhi pola interaksi sosial Generasi Z adalah keterhubungan digital yang
intensif. Mereka menghabiskan banyak waktu di platform media sosial, seperti Instagram,
TikTok, dan Snapchat, di mana mereka berbagi konten, berkomunikasi dengan teman-teman,
dan mengekspresikan diri. Selain itu, Generasi Z juga terbiasa dengan penggunaan aplikasi perpesanan seperti WhatsApp dan Messenger untuk berkomunikasi dalam kelompok- kelompok kecil.
Namun, di balik keterhubungan yang kuat ini, Generasi Z juga dihadapkan pada
tantangan serius. Salah satunya adalah ketergantungan digital yang semakin meningkat.
Mereka cenderung menghabiskan waktu yang tidak proporsional di depan layar gadget mereka,
mengakibatkan gangguan tidur, penurunan kualitas interaksi sosial di dunia nyata, dan bahkan
masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Tantangan lainnya adalah risiko
keamanan dan privasi online. Generasi Z seringkali kurang waspada terhadap bahaya yang
terkait dengan berbagi informasi pribadi secara daring, seperti identitas, lokasi, atau rincian
pribadi lainnya. Hal ini dapat meningkatkan risiko pencurian identitas, penipuan, atau
pelecehan online. Meskipun menghadapi tantangan-tantangan ini, Generasi Z juga memiliki akses ke
peluang yang besar dalam interaksi sosial mereka. Teknologi digital memungkinkan mereka
untuk terhubung dengan orang-orang dari berbagai latar belakang dan budaya di seluruh dunia.
Mereka dapat berpartisipasi dalam diskusi dan kampanye online, memperjuangkan isu-isu
sosial yang penting bagi mereka, dan membangun komunitas berbasis minat dan nilai bersama.
Dalam menghadapi era digital yang terus berkembang, Generasi Z mengalami transformasi
yang signifikan dalam pola interaksi sosial mereka. Meskipun mereka menikmati manfaat konektivitas yang ditawarkan oleh teknologi digital, mereka juga dihadapkan pada tantangan- tantangan yang kompleks, mulai dari ketergantungan digital hingga risiko keamanan online. Namun, di tengah tantangan tersebut, Generasi Z juga memiliki peluang besar untuk
memanfaatkan teknologi digital sebagai alat untuk memperluas jaringan sosial,
memperjuangkan perubahan sosial, dan membangun dunia yang lebih baik.
Referensi:
Twenge, J. M. (2017). iGen: Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less
Rebellious, More Tolerant, Less Happy–and Completely Unprepared for Adulthood–
and What That Means for the Rest of Us. Simon and Schuster.
Boyd, D. (2014). It’s complicated: The social lives of networked teens. Yale University Press.
Livingstone, S., & Helsper, E. J. (2010). Balancing opportunities and risks in teenagers’ use
of the internet: The role of online skills and internet self-efficacy. New media & society, 12(2), 309-329.
Penulis : Khoirun Nisa’i Astutik, Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Sosial dan Ilmu Budaya, Universitas Trunojoyo Madura