Komunikasi sebuah proses yang kompleks di mana pesan dikirim, diterima, dan
dipahami. Dalam proses yang kompleks itu terdapat aspek-aspek yang perlu diperhatikan
antaranya adalah komunkasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunkasi verbal dapat
diartikan sebagai kamunikasi yang menggunakan lisan maupun tulisan dan merupakan
komunikasi yang paling banyak dipakai untuk berinteraksi sesama manusia. Melalui
komunikasi verbal mereka menyampaikan pesan, perasaan serta pemikiran mereka. Sedangkan
komunikasi nonverbal adalah bentuk pelengkap paling penting dalam penyampaian pesan yang
mencangkup bentuk dari ekspresi wajah, gerakan tubuh, intonasi suara dan bahasa tubuh. Peter
F. Drucke juga mengungkapkan “Hal terpenting dalam komunikasi adalah mendengar apa
yang tidak dikatakan”.
Komunikasi nonverbal sering kali memberikan informasi tambahan yang tidak tersedia
dalam kata-kata, memungkinkan kita untuk membaca perasaan, niat, dan sikap seseorang
dengan lebih baik. Dalam banyak kasus, pesan dan emosi yang dikomunikasikan melalui
nonverbal bisa jauh lebih kuat daripada kata-kata yang sebenarnya diucapkan. Hal ini
didasarkan pada hasil studi yang dilakukan Mehrabian di 1971. Studi tersebut memperlihatkan
bahwa pengucapan kata-kata hanya 7 persen saja yang bisa ditangkap manusia. Sedangkan
intonasi suara dan bahasa tubuh memberi pengertian sebesar 38 persen dan 55 persen.
Menurut Samovar dan Porter (2010), komunikasi nonverbal mencakup semua sinyal
(kecuali kata-kata) dalam suatu situasi komunikasi, yang berasal dari individu maupun
lingkungan yang digunakan oleh individu, dan memiliki potensi pesan bagi pengirim atau
penerima; dengan demikian, definisi ini mencakup perilaku yang sengaja maupun yang tidak
disengaja sebagai bagian dari komunikasi secara menyeluruh; seringkali kita mengirim banyak
pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut memiliki arti bagi orang lain.
Ketika Anda menanyakan kepada seseorang yang sedang mengalami depresi atau
marah, “Ada apa?”, dan mereka menjawab, “Tidak apa-apa, saya baik-baik saja,” mungkin
Anda ragu untuk mempercayainya. Begitu juga ketika seseorang yang marah mengatakan,
“Lupakan saja topik ini, saya tidak ingin membicarakannya lagi!” Anda menyadari bahwa
mereka masih mengkomunikasikan sesuatu. Meskipun mereka diam dan menjauh, ekspresi
emosional tetap tersampaikan. (Levina & Mara R. Adelman, 1982, h. 48). Dalam situasi seperti
ini, memahami komunikasi nonverbal dapat membantu kita membaca dan memahami situasi
atau perasaan orang lain.
Beberapa hal yang menjadi hal utama untuk diperhatikan dalam komunikasi non verbal
yang pertama, ekspresi wajah. Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi
nonverbal yang paling mudah dikenali. Senyum, kening berkerut, atau ekspresi yang tegang
dapat memberikan petunjuk yang kuat tentang emosi yang sedang dirasakan seseorang.
Misalnya, senyum yang tulus menunjukkan kebahagiaan, sementara kening yang berkerut
mungkin menandakan kebingungan atau ketidaksetujuan. Kedua, gerakan tubuh. Seperti postur
tubuh, gestur tangan, dan posisi duduk juga memberikan banyak informasi. Seseorang yang
duduk dengan tegak dan meletakkan tangan di atas meja menunjukkan rasa percaya diri,
sementara seseorang yang mengepalkan tangan atau bersikap defensif mungkin merasa tidak
nyaman atau tidak setuju.
Ketiga, kontak mata. Kontak mata merupakan elemen penting dalam komunikasi
nonverbal. Mata adalah jendela ke dalam pikiran dan perasaan seseorang. Kontak mata yang
kuat menunjukkan ketulusan dan kepercayaan, sementara menghindari kontak mata dapat
menandakan rasa malu, tidak percaya diri, atau bahkan penipuan. Keempat, intonasi suara,
termasuk volume, kecepatan, dan nada, juga dapat memberikan petunjuk tentang emosi dan
niat seseorang. Misalnya, suara yang bergetar atau gemetar mungkin menunjukkan ketakutan
atau ketegangan, sementara suara yang tenang dan stabil menunjukkan ketenangan dan
kepercayaan diri.
Terakhir, Proxemics atau jarak. Mengacu pada penggunaan ruang dan jarak fisik dalam
komunikasi. Jarak antara individu saat berbicara dapat memberikan petunjuk tentang tingkat
kenyamanan dan hubungan antara mereka. Jarak yang dekat mungkin menandakan kedekatan
atau keintiman, sementara jarak yang jauh mungkin menunjukkan keinginan untuk menjaga
jarak atau ketidaknyamanan. Kelima hal ini menjadi tanda yang secara tidak langsung
menafsirkan pesan serta menjadikan penerima pesan tidak salah menafsirkan pesan yang
harusnya ia diterima.
Dapat disimpulkan bahwa komunikai nonverbal memainkan pean panting dalam
menafsirkan pesan. Komunikasi nonverbal merujuk pada “tanda yang tersembunyi” yaitu
sinyal-sinyal nonverbal yang seringkali tidak disadari atau terlupakan,namun memiliki
pengaruh yang signifikan dalam proses komunikasi. Pemahaman dalam komunikasi nonverbal
juga membantu dalam menafsirkan pesan. Dengan memperhatikan ekspresi wajah, bahasa
tubuh, dan intonasi suara, kita dapat mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang apa yang
sebenarnya ingin disampaikan seseorang, bahkan ketika kata-katanya tidak sepenuhnya
mencerminkan perasaannya. Memahami komunikasi nonverbal dapat membantu
meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal dan memperkuat hubungan
antarmanusia.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayatullah, M. S. (2016). Bahasa Komunikasi Nonverbal: Pengirim Pesan Tanpa Kata.
Retrieved from http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/32442
Pohan, A. (2015). Peran Komunikasi Verbal Dan Nonverbal Dalam Hubungan Manusia.
Jurnal Ilmiah Dakwah dan Komunikasi, VI(02).
Putri, V. K. (2022, 02 15). Belajar Ilmu Komunikasi. Retrieved from KOMPAS.COM:
https://www.bing.com/ck/a?!&&p=36311b12a414bbbeJmltdHM9MTcxNTM4NTYw
MCZpZ3VpZD0zOWYwY2ZkOS01YmU4LTY0ZDMtM2ZhZC1kZGI2NWFiZTY1
NTQmaW5zaWQ9NTQ0MA&ptn=3&ver=2&hsh=3&fclid=39f0cfd9-5be8-64d3-
3fad-ddb65abe6554&psq=penelitian+tentang+komunikasi+nonverbal+penting+
Yoga Pratama, Alia Afiyati, Eka Yuniar, Agustinus Hariyana. (2023). Kajian Komunikasi
Nonverbal: Berbicara Tanpa Kata Dalam Buku Beyond Language Karya Deena R.
Levine Dan Marab. Adelman. Pendidikan, Kebahasaan dan Kesusastraan Indonesia,07(02).
Penulis :Titis Adilia, Progam Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Universitas Trunojoyo Madura