ABSTRAK
DeadSquad, sebuah band death metal asal Jakarta, memiliki pengaruh besar dalam
industri musik metal Indonesia. Mereka menggambarkan kritik terhadap politik dalam
lagu-lagu mereka, seperti “Patriot Moral Prematur”, menyoroti perubahan partai
politik yang semula berawal dengan tujuan baik menjadi entitas yang menggunakan
cara kotor untuk mencapai tujuan. Namun, pada tahun 2024, DeadSquad terlibat
dalam kampanye politik praktis, mendukung calon presiden tertentu, menimbulkan
kontradiksi dengan pesan resistensi simbolik mereka. Keterlibatan ini memunculkan
pertanyaan tentang konsistensi nilai dan pesan band. Dampaknya meluas ke hubungan
dengan penggemar, di mana beberapa mungkin merasa kecewa atau bingung, serta
pengaruh terhadap fokus mereka dalam menciptakan musik. Kesimpulannya, keterlibatan DeadSquad dalam politik praktis memperumit hubungan antara seni, politik, dan tanggung jawab sosial. Oleh karena itu, seniman dan band perlu
mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keterlibatan mereka dalam politik
praktis dan memastikan konsistensi dengan nilai-nilai dan pesan mereka sambil tetap
fokus pada kreativitas musik yang otentik. Kata Kunci ; DeadSquad, Kontradiksi, Kritik politik, Resistensi. ABSTRACT
DeadSquad, a Jakarta-based death metal band, has had a significant influence on the
Indonesian metal music scene. They articulate critiques of politics in their songs, such
as “Patriot Moral Prematur”, highlighting the transformation of political parties from
initially well-intentioned entities to ones resorting to dirty tactics to achieve their
goals. However, in 2024, DeadSquad became involved in practical political
campaigns, endorsing specific presidential candidates, contradicting their symbolic
resistance messages. This involvement raises questions about the consistency of the
band’s values and messages. Its impact extends to its relationship with fans, where
some may feel disappointed or confused, and influences their focus in creating music. In conclusion, DeadSquad’s involvement in practical politics complicates the
relationship between art, politics, and social responsibility. Therefore, artists and
bands need to consider the long-term implications of their involvement in practical
politics and ensure consistency with their values and messages while maintaining a
focus on authentic musical creativity. Keyword ; DeadSquad, Contradiction, Political criticism, Resistance.
DeadSquad adalah sebuah band death metal yang berasal dari Jakarta. Mereka
pertama kali terbentuk pada tahun 2006 oleh Stevie Item (Step Forward), Ricky
Siahaan (Seringai), Bonny (Tengkorak), dan Andyan Gorust (Siksakubur) sebagai
proyek bersama, seiring berjalannya waktu, DeadSquad berkembang dan
membuktikan bahwa mereka bukan hanya sekadar proyek band biasa, melainkan
menjadi salah satu supergrup terkemuka yang memiliki dampak besar dalam industri
musik metal Indonesia. Mereka memiliki basis penggemar yang dikenal sebagai “Pasukan Mati”, sebuah komunitas metalhead yang sangat loyal terhadap band ini. Salah satu lagu yang cukup terkenal pada band ini adalah “Patriot Moral
Prematur” Dalam lagu tersebut, DeadSquad menyampaikan kritik terhadap partai
politik yang tumbuh subur setelah reformasi, yang awalnya bertujuan baik tetapi
kemudian berubah menjadi entitas yang menggunakan cara-cara kotor dan intimidasi
untuk mencapai tujuan mereka. Ini menciptakan resistensi simbolik terhadap dominasi
dan tindakan yang tidak diinginkan dari partai politik tersebut. Melalui lirik-liriknya, band ini menggambarkan bahwa tindakan-tindakan seperti korupsi dan tindak negatif
lainnya yang dilakukan oleh beberapa partai politik tidak selalu dapat dianggap
sebagai bentuk kebaikan atau moralitas yang sejati. Dengan demikian, DeadSquad
secara tidak langsung menolak dan menentang tindakan yang dipromosikan oleh
partai politik tersebut melalui kritik dan ekspresi dalam lagu mereka. Akan tetapi pada tahun 2024, DeadSquad terlibat dan berpartisipasi dalam
kampanye pasangan calon presiden Ganjar dan Mahfud, di mana hal tersebut
menimbulkan kontradiksi dengan pesan resistensi simbolik yang mereka sampaikan
melalui lagu-lagu mereka. Keterlibatan langsung dalam politik praktis, terutama
dengan mendukung calon tertentu, dapat menimbulkan pertanyaan tentang konsistensi
nilai dan pesan yang telah mereka sampaikan sebelumnya. Sementara lirik-lirik
mereka sering kali mengekspresikan kegelisahan terhadap fenomena politik yang
otoriter atau tidak etis, mendukung salah satu calon presiden bisa dianggap sebagai
dukungan terhadap struktur politik yang ada. Kritik terhadap keterlibatan DeadSquad
dalam kampanye politik tertentu mungkin mencuat, dengan beberapa orang
melihatnya sebagai pengkhianatan terhadap nilai-nilai yang mereka anut, sementara
yang lain mungkin melihatnya sebagai hak mereka untuk terlibat dalam proses politik
aktif. Ini menciptakan diskusi yang menarik tentang hubungan antara seni, politik, dan
tanggung jawab sosial dalam konteks yang berubah-ubah dari dunia musik dan politik. Ketika DeadSquad terlibat dalam kampanye politik praktis dengan mendukung
salah satu calon presiden pada pemilihan umum 2024, ini dapat dianggap sebagai
tindakan resistensi pragmatis. Mereka secara aktif terlibat dalam proses politik yang
lebih langsung dan konkret, dengan tujuan memengaruhi hasil pemilihan dan, pada
gilirannya, struktur politik yang ada. Hal ini berbeda dengan pesan resistensi simbolik
yang mereka sampaikan melalui lagu-lagu mereka, yang mungkin menyoroti
kegelisahan terhadap fenomena politik yang otoriter atau tidak etis tanpa terlibat
langsung dalam proses politik praktis. Kontradiksi ini muncul ketika tindakan praktis tersebut bertentangan dengan
pesan-pesan yang disampaikan melalui karya seni mereka. Meskipun DeadSquad
mungkin memiliki alasan atau motif tertentu untuk terlibat dalam kampanye politik, tindakan tersebut dapat dipandang sebagai kehilangan kredibilitas atau kesetiaan
terhadap pesan-pesan resistensi simbolik yang mereka sampaikan melalui musik
mereka. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kesesuaian antara tindakan mereka
di dunia nyata dengan nilai-nilai yang mereka anut dalam konteks seni dan ekspresi
kreatif. Dalam beberapa kasus, keterlibatan dalam politik praktis dapat
membingungkan atau bahkan mengurangi dampak pesan-pesan yang ingin mereka
sampaikan kepada para pendengar mereka. Sebagai hasilnya, kontradiksi antara
tindakan pragmatis dan pesan simbolik dapat membingungkan atau mengecewakan
para penggemar dan penikmat karya seni mereka. Keterlibatan DeadSquad dalam kampanye politik praktis juga dapat memiliki
dampak yang signifikan terhadap hubungan mereka dengan penggemar dan penikmat
musik mereka. Para penggemar mungkin merasa kecewa atau bingung dengan
keputusan band untuk terlibat dalam politik praktis, terutama jika hal tersebut
bertentangan dengan nilai-nilai atau pesan yang mereka asosiasikan dengan
DeadSquad. Hal ini dapat menyebabkan alienasi antara band dan penggemar, serta
mempengaruhi citra dan reputasi mereka di dalam komunitas musik metal. Selain itu, keterlibatan dalam politik praktis juga dapat menyebabkan band melenceng dari fokus
mereka pada genre musik yang mereka kuasai. Daripada fokus pada penciptaan musik
yang inovatif dan mencerminkan pesan-pesan mereka, DeadSquad mungkin
terganggu oleh keterlibatan mereka dalam politik praktis, yang dapat mengganggu
konsentrasi dan kreativitas mereka dalam mengekspresikan diri melalui musik. Kesimpulannya, keterlibatan DeadSquad dalam kampanye politik praktis pada
pemilihan umum 2024 menimbulkan kontradiksi dengan pesan-pesan resistensi
simbolik yang mereka sampaikan melalui karya seni mereka. Hal ini mengilustrasikan
kompleksitas hubungan antara seni, politik, dan tanggung jawab sosial dalam konteks
yang berubah-ubah dari dunia musik dan politik. Dalam mengambil langkah-langkah
tertentu, para seniman harus mempertimbangkan konsekuensi potensialnya terhadap
kredibilitas, citra, dan kesetiaan terhadap pesan-pesan yang mereka sampaikan kepada
penggemar dan masyarakat luas. Kesimpulan dari artikel ini adalah bahwa penting bagi seniman dan band
untuk memahami dampak dari keterlibatan mereka dalam politik praktis terhadap
hubungan dengan penggemar dan citra mereka dalam industri musik. Kasus
DeadSquad menyoroti bagaimana terlibat dalam kampanye politik dapat
menimbulkan konflik dengan pesan-pesan yang mereka sampaikan melalui karya seni
mereka, sehingga memperumit hubungan mereka dengan penggemar. Sebagai saran, seniman dan band sebaiknya mempertimbangkan implikasi
jangka panjang dari keterlibatan mereka dalam politik praktis dan memastikan bahwa
langkah-langkah yang diambil konsisten dengan nilai-nilai dan pesan yang ingin
mereka sampaikan melalui musik harus tetap fokus pada penciptaan musik yang
otentik dan inovatif, sambil memperhatikan dampak dari tindakan mereka dalam
dunia sosial dan politik yang lebih luas. Dengan demikian, mereka dapat membangun
hubungan yang solid dengan penggemar mereka sambil tetap setia pada integritas seni
dan nilai-nilai yang mereka anut.
REFERENSI :
Lukisworo, A. A., & Sutopo, O. R. (2017). Metal DIY: Dominasi, strategi, dan
resistensi. Jurnal Studi Pemuda, 6(2), 579-589. Yulianto, T., & Asih, G. Y. (2016). ALIENASI DIRI PADA KOMUNITAS
UNDERGROUND DITINJAU DARI SIKAP TERHADAP PRASANGKA SOSIAL. Prasetyo, Ferry. “Cerita di Balik Lagu Patriot Moral Prematur – Dead Squad
(Indonesian Death Metal).” Kompasiana.com. Diakses pada 22 Maret 2023. https://www.kompasiana.com/diarydepresiku/552c246c6ea834495f8b461e/cerita-di- balik-lagu-patriot-moral-prematur-dead-squad-indonesian-death- metal?page=all#section1
Tribunnews.com. (4 Februari 2024). “Dead Squad, Tipe-X, hingga Kotak Meriahkan
Konser Salam Metal di GBK.” Diakses pada 22 Maret 2024.
Penulis : Airlangga Sandy Saputra/ Sosiologi/ Universitas Trunojoyo Madura