NGOPI CANDU PROGRAM KERJA RUTINAN POSDM UKM-F RISET FISIB KM UTM

Rabu, 23 Oktober 2024, Departemen Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia (POSDM) dari UKM Fakultas RISET FISIB berhasil menyelenggarakan program kerja rutin bertajuk Ngopi Candu di Cafe Binoet. Acara dimulai pada pukul 20.00 WIB dengan suasana yang penuh keakraban dan hangat. Program ini merupakan upaya Departemen POSDM untuk menjalin hubungan yang lebih erat antara pengurus, anggota aktif, dan alumni UKM-F RISET dalam suasana yang lebih santai. Ngopi Candu menjadi ruang bagi anggota untuk saling mengenal, bertukar pandangan, dan mempererat tali persaudaraan di luar suasana formal kegiatan organisasi.

Kegiatan Ngopi Candu kali ini mengangkat tema “Cantik untuk Diri Sendiri atau Sekedar Validasi?” Tema ini dipilih karena dinilai sangat relevan dengan fenomena sosial saat ini, di mana banyak orang, khususnya generasi muda, yang kerap terpengaruh oleh standar kecantikan dari media sosial dan lingkungan sekitar. Diskusi diharapkan dapat membangun kesadaran di kalangan anggota mengenai persepsi kecantikan dan bagaimana hal itu memengaruhi cara mereka memandang diri sendiri serta relasinya dengan lingkungan sosial.

Sebagai pengantar diskusi, kegiatan diawali dengan sesi membaca buku yang berlangsung selama 15 menit. Buku-buku yang disediakan oleh UKM-F RISET ini tidak hanya memberikan wawasan baru bagi peserta, tetapi juga menjadi langkah awal untuk membentuk suasana yang reflektif sebelum memasuki sesi diskusi. Dalam suasana yang santai namun produktif, para peserta dapat menyelami topik melalui bacaan tersebut dan mempersiapkan opini masing-masing untuk dibagikan dalam diskusi.

Setelah sesi membaca, Vina Amaliah selaku pemantik diskusi membuka dengan menyampaikan pandangan pribadinya mengenai tema kali ini. Vina membagikan konsep kecantikan dari sudut pandangnya yang terbagi dalam tiga aspek utama. “Menurutku, cantik itu bisa dibedakan menjadi tiga aspek: cantik fisik, cantik dari dalam (inner beauty), dan cantik emosional. Cantik fisik dapat diubah atau dipoles dengan bantuan skincare atau makeup. Sementara itu, cantik dari dalam adalah kecantikan yang bisa muncul dari karakter atau kepribadian dan dapat berkembang seiring dengan pembelajaran dan pengalaman hidup. Terakhir, ada cantik secara emosional yang berhubungan dengan kemampuan seseorang mengatur emosinya atau regulasi diri,” tutur Vina dengan semangat. Pemaparan ini membuka wawasan para peserta bahwa kecantikan tidak sekadar tampilan luar, melainkan sesuatu yang kompleks dan mencakup berbagai aspek diri.

Diskusi semakin hidup ketika Fika, Kepala Departemen Edukasi, turut menyuarakan pandangannya. Fika menekankan bahwa kecantikan adalah hal yang relatif dan sangat subjektif. “Cantik itu sebenarnya relatif dan berbeda untuk setiap orang. Kita sebaiknya bisa mendefinisikan cantik versi diri sendiri, menjadi diri sendiri, dan menerima segala kelebihan maupun kekurangan yang kita miliki,” ujarnya. Fika juga menekankan pentingnya penerimaan diri sebagai fondasi untuk membangun kepercayaan diri. Menurutnya, definisi kecantikan yang kita buat untuk diri sendiri akan membantu kita lebih percaya diri dan tidak terlalu terpengaruh oleh standar kecantikan eksternal yang kerap didiktekan oleh masyarakat atau media sosial.

Sepanjang diskusi, para peserta saling bertukar pendapat dan pandangan. Ada yang berpendapat bahwa kecantikan bagi mereka adalah bentuk ekspresi diri, sementara ada pula yang merasa bahwa kecantikan adalah sesuatu yang dinamis dan terus berubah sesuai dengan tahap kehidupan. Selain itu, diskusi juga menyinggung bagaimana banyak individu, secara tidak sadar, sering kali mengejar kecantikan untuk mendapatkan validasi dari orang lain atau lingkungan sekitar. Namun, di sisi lain, ada pula pandangan yang menyebut bahwa tampil menarik dapat menjadi bentuk penghargaan terhadap diri sendiri selama dilakukan dengan niat yang positif dan tidak semata-mata untuk menyenangkan orang lain.

Dari opini-opini yang beragam ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa kecantikan adalah konsep yang sangat subjektif dan kompleks. Kecantikan dapat diartikan secara berbeda oleh setiap orang, tergantung dari pengalaman, nilai-nilai pribadi, dan lingkungannya. Dalam kesimpulan diskusi, para peserta sepakat bahwa cantik itu bukan hanya untuk diri sendiri atau sekadar validasi, tetapi bisa mencakup keduanya tergantung bagaimana kita memaknainya. Di satu sisi, standar kecantikan yang ada di masyarakat memang sulit dihindari, tetapi di sisi lain, menerima diri apa adanya dapat menjadi kunci utama untuk menjalani hidup yang lebih sehat dan bahagia.

Setelah sesi diskusi berakhir, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan sharing pengalaman pribadi dari masing-masing peserta. Sesi ini memberikan kesempatan bagi para anggota untuk membuka diri dan berbagi pengalaman yang relevan dengan topik yang dibahas. Dalam suasana yang penuh rasa saling mendukung, setiap peserta merasa lebih terhubung satu sama lain dan semakin nyaman untuk berbagi kisahnya. Keakraban dan rasa persaudaraan pun semakin terasa dalam kegiatan ini.

Dengan suksesnya Ngopi Candu kali ini, Departemen POSDM berharap program ini dapat terus menjadi wadah yang mempererat hubungan antaranggota, baik pengurus maupun alumni UKM-F RISET. Diharapkan pula ke depannya, lebih banyak anggota yang berpartisipasi dalam kegiatan ini agar Ngopi Candu dapat terus menjadi tempat yang mendukung perkembangan diri dan membangun hubungan yang lebih erat di antara seluruh anggota. Ngopi Candu tidak hanya sekadar program kerja, tetapi juga menjadi ruang refleksi dan diskusi untuk saling mendukung dalam pengembangan pribadi.

 

Editor: Rahmad Romadlon