Toron , Tak Toron

Liburan menjadi hal yang sangat di nanti-naikan oleh setiap orang setelah puasa ramadhan di hari raya Idul Fitri. Khususnya bagi para perantau dan mahasiswa liburan menjadi sesuatu yang sangatlah berharga. Pada lebaran idul fitri tahun ini tidak banyak yang dilakukan. Bagi mahasiswa rantau sepertiku yang tidak terlalu jauh antara tempat perkuliahan dan rumah yang hanya menempuh jarak 1 jam 30 menit mungkin masihkah bisa di katakan mudik…?, namun yang di pahami dari arti mudik disini adalah pulang pada kampung halaman dengan keadaan hati yang merindu dan bahagia untuk berjumpa dengan keluarga dan sanak saudara. Menurut masyarakat umum mudik lebaran mungkin merupakan suatu ibadah atau ritual tajuanan yang tak boleh dilanggar dan menjdi prioritas utama dapa hari raya Idul Fitrih (Djakfar, 2012). 

Dalam budaya masyarakat muslim madura, mudik dikenal dengan istilah Toron atau Mole (pulang), toron yaitu dimana para etnis atau keturunan madura pualng dari tempat rantu atu domisili mereka yang ada di luar pulau madura (Erwinda, 2023). Namun tardisi toron ini lebih marak dilakukan di saat hari raya idul adha dari pada hari raya idul fitri yang disebabkan oleh banyak faktor, begitu pula tradisi toron yang ada di keluargaku. Keluargaku di dominasi oleh pedagang sate yang merantau di luar pulau jawa yaitu wilayah jawa tengah di Banjar Negara Dan Wonosobo. ini Hal lah yang menyebabkan keluarga besarku di saat hari raya idul fitri tidak lengkap sebab biasanya mereka akan pulang di saat hari raya idul adha dan di hari2 penting atau urgen saja (Sodo, 2020).

Namun, dibalik tradisi toron yang terkesan sederhana ini terdapat banyak kontrasepsi dan pilihan-pilihan yang harus mereka tentukan dan putuskan. Jika tradisi toron ini di analis dengan teori Weber tentang tindakan emosional dan rasional bertujuan. Dalam konteks mudik dengan analisis emosional menurut weber manusi merupakan makhluk yang memiliki emosi yang kompleks dan beragam, dimana emosi ini dapat mempengaruhi cara orang berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari khususny dalam menentukan seseorang untuk pulag ke kampung halamannya (Johson, 1994. ). Salah satu hal yang mendominasi seseorang untuk mudik ialah di dorong oleh emosi rasa rindu, rasa bahagia untuk bernostalgia dan bertemu sanak-saudara di kampung halaman untuk saling bersilahturrahmi. Dalam konteks ini dapat dilihat bahwa individu mengambil keputusan untuk toron (mudik) karena adanya dorongan emosional yang kuat. Tanpa mempertimbangkan secara rasional tentang biaya perjalanan, waktu perjalanan dan resiko lainnya.

Disisi lain, tradisi toron pada masyarakat madura yang lebih ramai orang untuk mudik (toron) yaitu pada saat hari raya Idul Adha. Jika di analisis dengan teori pilihan rasional bertujuan pilihan untuk pulang bagi orang madura ke kampung halamanya antara hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha di pustuskan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang matang dalam keputusan toron di hari raya Idul Fitri atau Idul Adha (Saffannah, 2019). menurut Weber seseorang bertidak berdasarakan tujuan tertentu ddan tujuan itu didaarkan pada nilai dan pilihan-pilihan yang jelas. Dimana,  Seseorang akan memilih untuk mudik di salah satu hari raya saja dikarnakan biaya perjalanan yang mahal oleh jarak perjalanan yang jauh dan waktu liburan yang sangat terbatas hingga mereka memilih untuk mudik di salah satu hari raya saja (Ritzer, 2004.). Atau bisa jadi mudik (toron) di kedua hari raya jika terjadi hal-har yang penting seperti acara pernikahan atau acara penting lainya yang memaksanya untuk pulang (toron). Dalam hal tidakan dan pengambilan keputusan antara toron atau tidak dalam konteks ini tidakan individu di arahkan berdasarkan pilihan yang logis dan rasional serta memiliki tujuan yang jelas.

Dalam pengambilan keputusan mudik (toron) bagi masyarakt madura di ambil dengan dorongan emosional dan di dasarkan pada pertimbangan yang rasional misalnya seorang individu memilih untuk mudik karena dorongan emosional untuk melepas rindu bertemu keluarga. Namun tidak menutup kemungkinan keputusan itu juga di dasarkan pada pertimbangan rasional seperti memanfaatkan waktu libur yang tersedia untuk bisa bersama kelauraga dan menghindari hal-hal yang macet di hari raya dengan berdiam diri dirumah. Jadi memalaui pendekatan teori weber tentang emosional dalam konteks pengambilan kepurtusan tradisi (toron) dalam masyarakat madura dapat di dorong oleh banyak faktor tidak hanya oleh rasa emosional saja tapi juga di dasarkan oleh tujuan dan alasan yang jelas atau rasional.

References

Djakfar, M. (2012). Tradisi Toron Etnis Madura. El Harakah, 34-50.

Erwinda, M. D. (2023, Juni Senin). Mengulas Torontardisi Mudik, Orang Adura Jelang Idul Adha. Retrieved From Detikjatim: Https:/Www.Detik.Com/Jatim/Budaya/D-6793591/Menguas-Toron-Tradisi-Mudik-Orang-Madura-Jelang-Idul-Adha

Johson, D. P. (1994. ). Teori Sosiologi Klasik Dan Modern Jilid 2. Jakarta: Gramedia.

Ritzer, G. D. (2004.). Teori Sosiologi Modern. Jakarta:: Kencana: Edisi Keenam.

Saffannah, F. B. (2019). Pilihan Rasioanal Dalam Menentukan Pilihan Jurusan. Simulacra, 149-164.

Sodo, P. T. (2020, April Kamis). Arus Ongghe Dan Toron Melewati Jembatan Sura Madu. Retrieved From Indonesio.Go.Id: Https://Indonesia.Go.Id/Kategori/Komoditas/1807/Arus-Ungghe-Dan-Toron-Melewati-Jembatan-Suramadu?Lang=1

Penulis : Aisyatul Munawaroh, Progam Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya, Universitas Trunojoyo Madura.