Mudik Berkesempatan Cuan

Mudik berasal dari kata “udik = desa”, sehingga arti mudik dapat diterjemahkan sebagai “pulang kampung” bisa dikatakan Mudik dapat diartikan sebagai “pulang kampung” walau secara harafiah sebenarnya berasal dari kebiasaan masyarakat Indonesia menjelang perayaan Idul Fitri datang. Umumnya mudik lebaran dilakukan oleh masyarakat beragama Islam yang berada diperantauan atau bertempat tinggal jauh dari kampung halaman mereka. Kebiasaan ini dilakukan pada 7 (tujuh) hari sebelum lebaran hingga 7 (tujuh) hari sesudah hari raya tersebut. Mudik Bertujuan untuk mengunjungi orang tua dan sanak saudara untuk bersilaturahmi. (B.Soebyakto, 2011)

Jangka waktu kepulangan sampai kembali ketempat asal antara orang perorang sa ngat berbeda tergantung pada masa liburan yang diberikan oleh majikan atau tempat mere ka bekerja di kota. Jangka waktu seminggu sebelum hingga seminggu sesudahnya itu ada lah waktu terlama yang dipergunakan oleh mereka yang melakukan perjalanan mudik le baran tersebut. Dapat dikatakan bahwa mudik lebaran bagi masyarakat Indonesia merupakan satu iabadah atau ritual tahunan yang tak boleh dilanggar dan hal ini sama sekali dapat dikata kan tidak mengenal status sosial – ekonomi maupun derajat kehidupan seperti kaya atau miskin. (Fuad, 2011)

Hari yang ditunggu – tunggu telah tiba, kembali ke kampung halaman adalah keinginanku setiap menjelang lebaran. Mudik ke Sampang adalah hal yang sangat menyenangkan karena aku bisa bertemu dengan kakek, Bibi, Paman, Dan para sepupuku. Pertemuan keluarga besar ini biasa dilakukan satu tahun sekali dan dilakukan dirumah kakekku di Sampang. Keluargaku sangat semangat jika hari mudik akan segera tiba. Mamaku akan menjadi orang tersibuk yang pernah ada, Mamaku suka sekali menyiapkan oleh oleh yang banyak untuk diberikan kepada keluarga di Sampang. Oleh oleh yang biasanya kami bawa dari Bangkalan adalah buah buahan, jajanan, petis dan bahan bahan untuk membuat es campur atau es teler.

Tradisi ini rutin kami lakukan stiap tahunnya. Hal yang membuatku jengkel saat mudik adalah saat berada di perjalanan. Selain perjalanannya jauh, mudik juga membuatku pusing karena kelamaan menunggu. Tetapi bagaimana lagi Mudik adalah tradisi yang tidak bisa aku tinggalkan. Dalam Teori tindakan tradisional Max Weber menyatakan tindakan ini adalah kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun (Ritzer, 2004). Kebiasaan mudik ini merupakan kebiasaan yang dilakukan secar turun temurun dan rutin dilakukan setiap tahunnya menjelang lebaran. Semua anggota keluarg besar akan pulang kerumah kakek untuk berkumpul dan bersilaturahmi. Kami berharap kebiasaan ini bisa dilakukan turun temurun dan dlestarikan.

Kasih sayang yang kami tumpahkan saat pertemuan merupakan salah satu faktor pendorong yang mendorong kami untuk tetap melakukan kebiasaan turun temurun tersebut. Selain itu, mudik ini adalah tradisi turun temurun dan memang rutin dilakukan oleh kami keluarga besar. Rasa sayangku kepada keluargaku yang mendorongku untuk melakukan tradisi ini setiap taunnya, dan adanya rasa  untuk melestarikan tradisi ini sangat besar. Naluri tersebut merupakan tindakan afektif yang menjelaskan tentang adanya rasa emosional yang dirasakan seseorang dan tidak direncanakn (Ritzer, 2004) serta dirasakan oleh setiap anggota keluarga kami. Rasa emosional dan kasih sayang yang dirasakan oleh setiap anggota kelurga yang mendorong kami untuk melakukan mudik kerumah kakek.

 Alasanku mudik memang beragam, selain tradisi turun temurun dan kasih sayang antar anggota keluarga, aku juga memiliki tujuan yang rasional. Alasan yang paling menarik yaitu tidak ingin mlewatkan THR (Tunjangan Hari Raya) dari kakek, Bibi, Paman dan saudara lainnya. Setiap manusia pasti memiliki tujuan rasional dalam melakukan suatu hal,dan itu adalah tujuanku yang mengasikkan. Mudik adalah kesempatan untuk mencari cuan dan lumayan sekali untuk menambah uang jajan. Jadi saat waktu mudik telah tiba aku semangat sekali untuk menjemput uang. Dalam teori Max Weber tentang tindakan rasionalitas instrumental, menyatakan Tindakan ini berbasis tujuan dan perhitungan rasional setiap individu (Ritzer, 2004). Salah satu tujuan utamaku mudik adalah meminta THR kepada Kakekku, dan saudaraku yang lain. Tindakan tindakan itu sangat menyenangkan.

Daftar Pustaka

B.Soebyakto, B. (2011). Mudik Lebaran. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 61-62.

Fuad, M. (2011). MAKNAHIDUPDIBALIKTRADISI MUDIKl,EBARAN (STUDI FENOMenologi Atas Pengalaman Pemudik Dalam Merayakan Idul Fitri Di Kampung Halaman. Komunika, 108.

Ritzer, G. (2004). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Edisi 6.

Penulis : Ananda Nova Juniar, Progam Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya, Universitas Trunojoyo Madura