Surya Sang Dewi

“Surya adalah sosok yang selalu ditunggu akan terbitnya. Namun kehidupan membuat sadar, bahwa surya yang sejati terbit ketika mampu menerima dan mencintai diri sendiri”

HALO! Perkenalkan, namaku Dewi. Dewi Putri Cahyani, itulah nama dan doa yang diberikan dari orang tuaku untuk kehidupanku di masa kini sampai selamanya. Kalau kalian ingin tau, aku bukan lahir dari keluarga yang kaya raya. Apalagi berbicara tentang silsilah keturunan bergelimang harta, kurasa aku bukan salah satunya. Tapi hal itu tidak menghalangiku untuk tetap bahagia. Ayah dan ibuku bagaikan raja dan ratu yang selalu menyayangiku, memberikan mimpi terbaik dari semua hal yang berharga. Terkadang menerima kenyataan itu memang tidak mudah, jatuh bangun aku dibuainya namun aku tidak menyerah. Sampai suatu ketika, saat Tuhan menguji bagaimana titik puncak rasa tangguhku, saat itu aku mulai belajar tentang suatu hal yang penting dari kehidupan.

Suatu ketika, tiba saatnya untuk membayar tanggungan sekolah yang wajib kubayar setiap tahunnya. Awalnya aku bingung, bagaimana caranya aku memberi tau orang tuaku tentang beban sekolah yang harus mereka lunasi, sedangkan beban hidup rumah tangga sudah terasa berat dari semuanya? Hemm. Awalnya aku berpikir untuk memendam ini sendirian, hingga pada akhirnya, aku memutuskan untuk bertanya kepada Ibu.

Aku : “Ibu, apakah ayah dan ibu sudah ada uang untuk tagihan sekolahku? Sudah saatnya untuk kembali membayar bu, sedangkan hanya aku saja yang belum melunasi”.
Aku tidak tau apa yang tersirat di pikiran Ibu, yang membuat Ibu tersulut oleh emosi. Entah karena beban hidup yang sudah berat, aku seakan-akan hanya semakin menambah derita keluarga.
Ibu : “Cukup, Dewi! Cukuppp!. Ibu sudah muak dengan semuanya. Ayahmu sudah semakin tua, ibu sudah tidak sanggup jualan keliling lagi. Darimana uang sebanyak ituu?”

Aku termangu, terdiam, dan terhempas ketika melihat dengan mata kepalaku, betapa sulitnya untuk bertahan di tengah goncangan ekonomi yang melilit keluargaku. Setelah ibu pergi dari hadapanku, akhirnya aku memutuskan untuk menenangkan hati dan menata pikiranku sendiri di kamar kayu yang setia menemani. Aku berdoa dan tidak hentinya berharap, serta yakin bahwa takdir Tuhan selalu memberikan jalan.

Hingga pada akhirnya, keajaiban berlahan bersemi dalam kemah keluargaku. Guruku memberi kabar, bahwa sebentar lagi akan dibuka kursus untuk menjadi wirausaha dalam menjual makanan. Aku tertarik dalam hal itu, karena memasak juga sudah menjadi hobiku. Aku melewati dan menjalani hari kursus dengan bahagia, karena aku tau bahwa semua yang kulakukan akan menuai benih yang baik dan sempurna untuk kehidupan. Setelah menjalani kursus, aku mulai mencoba untuk melakukan ilmu yang kudapat dengan menjual kue donat keliling. Sungguh aku merasakan, betapa nyata kebaikan dan indahnya rencana Tuhan untuk hidupku. Awalnya usaha donat yang aku jalankan hanya sebatas kalangan desa saja, namun karena keuletan dan doa yang tulus murni dari orang tuaku, akhirnya usaha donat yang aku jalani kini mulai berkembang menjadi restoran makanan oleh-oleh yang terkenal dan mampu memberi rasa bahagia bagi semua orang yang menikmatinya.

Untukmu yang membaca kisahku. Bagaimana keadaan yang menghiasi hari-hari mu sekarang? Aku tau, mungkin terkadang rasanya sangat pahit, realita yang dihadapi begitu rumit hingga terasa tidak ada jalan untuk keluar. Namun percayalah, Surya akan selalu terbit ketika kita mampu menerima dan mencintai diri sendiri, serta selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik di antara hamparan ciptaan semesta.

TAMAT.

Karya; Margaretha D.A.T, Anggota Aktif UKM-F Riset 2022.